Seekor induk burung Humarah sedang gelisah. Dua ekor anaknya diambil oleh seorang pria bersama teman-temannya. Burung Humarah mengadu kepada Rasulullah, untung Rasullah mengerti bahasa burung.
Buku ini mengisahkan tokoh-tokoh muslim terdahulu yang rajin memakmurkan masjid, terutama dengan shalat berjamaah dan kegiatan ibadah lainnya.
Syahril Sidik baru berumur tiga tahun ketika ayahnya yang bekerja sebagai nelayan mengalami kecelakaan karena badai. Perahunya ditemukan tetapi ayahnya tidak pernah kembali. Sejak saat itu tinggal bersama ibunya. Mereka terpaksa membanting tulang mencari nafkah demi kelangsungan hidupnya.
Maman, anak penjaga sekolah yang cerdas. Ia sangat suka menemani ayahnya bila ayahnya sedang membersihkan sekolah. Sehingga ia bisa mengintip anak-anak yang sedang belajar di kelas. Ternyata hal itu membuatnya ingin bersekolah.
Dasep dilarang sekolah. Menurut Bapak, sekolah itu tidak ada gunanya. Lagi pula Dasep harus menggembala itiknya dari sawah ke sawah. Karena menggembala itik adalah pekerjaan turun-temurun dari keluarga, dan kini Dasep juga harus mewarisi pekerjaan itu dari ayahnya.
Timung, anak pemulung yang gigih ingin sekolah. Perpindahannya dari Klaten ke Jakarta diharapkan bisa memperbaiki kondisi keluarganya. Bapaknya menarik becak di pasar senen sedangkan Mak menjadi pemulung yang mengumpulkan barang-barang bekas.
Titin sering menangis di sekolah! Padahal ia anak yang pandai dan rendah hati. Titin sangat jago menulis dan mengarang. Titin juga tidak pernah menyakiti hati temannya.
Dudun anak orang tak mampu. Bapaknya bekerja di bengkel sepeda yang penghasilannya tak seberapa. Akhirnya Dudun harus putus sekolah. Suatu hari Dudun menemukan seekor ayam pelung. Dudun memberi nama ayamnya si Maroon.
Dokter kecil itulah panggilan temanteman untuk Tantri. tantri aktif di Usaha kesehatan sekolah dan suka menolong siapa saja. Dia tidak sombong, meskipun anak seorang pengusaha.
Gobed dan keluarganya tergusur dari Jakarta. Gubug yang mereka dirikan di tanah milik negara kini diambil pemerintah. Jangankan untuk sekolah, untuk tidur saja Gobed dan keluarganya tidak tahu lagi harus tinggal dimana.