Untuk Peri Kecilku, ann dari kecil, aku susah sekali bicara banyak. Namun, sejak bertemua denganmu, aku ingin bisa banyak berkata-kata, khususnya saat bersmamu.
Terima kasih pernah bersedia untuk kumiliki, meski sayangnya kita harus diakhiri. Perlu kau tahu, dalam peluk yang remuk, aku mencintaimu tanpa tapi. Semoga luka-luka ini telah sembuh sebelum aku bertaruh untuk kembali berlabuh Pergilah, pastikan kau bahagia!
Selama ini kita memanggilnya "Janshen", padahal itu adalah nama belakang keluarganya. Sejak lahir, anak ini dianggap sebagai pembawa kebahagiaan karena siapa pun yang ada di sekitarnya selalu merasa bahagia.
Aku akan memperlakukanmu sebagaimana aku ingin diperlakukan. Aku akan memperlakukanmu sebagaimana kamu memperlakukan aku. Karena aku sadar, mencintai adalah tentang bagaimana keduanya saling memberi. Bukan membiarkan salah satunya berjuang sendiri.
Pura-pura jadi manusia kuat, padahal tak ada yang melarang jika kau harus menangis dan menjerit. Teriaklah sampai pita suaramu sakit, toh tidak seisi bumi juga mendengar teriakanmu. Gunakan pengeras suara, toh tidak senegara juga mendengar suaramu. Karena pada dasarnya, kita adalah lemah yang memaksa kuat.
Menangis adalah salah satu bentuk merayakan kehilangan. Tangisan adalah musik pengantar yang mengiringi cinta menuju banyak luka tak terlupakan. Ketahuilah, cinta tidak bisa diakhiri dengan mudah. Bahkan meski kisah sudah sampai pada batas pisah, kerapkali cinta masih terus tumbuh menolak lupa, menolak untuk berakhir.