Sebulan lebih aku berada di Berlin. Mencari, mencari, dan mencari. Sampai akhirnya aku menemukan sebuah jawaban yang terpaksa aku terima. Bukan jawaban terbaik, tetapi aku harus bisa menghargai itu.
Para genius tidak lahir di sembarang waktu dan tempat. Leonardo da Vinci tak akan melahirkan lukisan Mona Lisa jika hidup di Florencia masa kini. Begitu juga Silicon Valley, berapa tempat telah gagal mencangkoknya demi melahirkan Steve Jobs dan Elon Musk baru?
Yang Alea Khiar tahu ia akan segera mendapatkan kembali Alster Lake, buku miliknya yang hilang. Namun ia tidak yahu bahwa ternyata Dean Bjorn, sang penulis buku itu sendiri yang menemukannya.
Ada yang tau dan masih ingat dengan sosok Boim: Seorang pemuda playboy berkulit hitam dan berambut kribo dalam cerita LUPUS yang nge-hits di tahun 90-an
Namun, tidak ada bencana yang lebih mengguncang daripada Thor yang mengelilingi sembilan dunia dengan celana pendek superketat dan meninggalkan serentetan kentut superbau di sepanjang jalan.
Bagaimana mungkin seseorang mempunyai keinginan untuk mengurai kembali benang yang takterkirakan jumlahnya dalam selembar sapu tangan yang telah ditenunnya sendiri.
Hidup Rain yang seba mewah harus berakhir pada sebuah malam tragis. Suri, salah satu peserta challenge, ditemukan dalam keadaan nyaris meninggal. Setelah kejadian itu, Rain dikeluarkan dari sekolah.
Jika kata-kata diibaratkan air, maka sejatinya ia mengalir bebas ke berbagai arah. Seperti juga puisi-puisi di buku ini.
Manusia sungguh makhluk yang lucu. Bisa merasa takut kehilangan pada yang belum benar-benar miliknya