Pelari cilik itu bernama sriwasti.keinginannya untuk melanjutkan sekolah membuatnya selalu bersemangat mencari cara untuk mendapatkan beasiswa.
Sering kenangan datang tak bilang bilang. Misalnya saat duduk di meja makan. Kau tak di gugah rasa lapar, tapi justru di banjiri ingatan. Kala itu, Lohita Sasi berulang kali menganjur nafas panjang. Tangannya membuka lipatan surat lusuh. Dan ia mulai membacanya. âLohita, Ayah tahu, kamu mencintai buku â buku seperti ayah mencintai besi-besiâ Begitulah kalimat pembuka surat itu. L…